Rabu, 11 Januari 2012

Menjadi Seperti Bung Karno

"Menjadi seperti...," terkadang adalah impian kita waktu kecil yang sangat menggelora karena sosok yang diimpikan mempunyai beberapa hal kelebihan yang membuat silau mata. Wajar pemikiran seperti itu, tetapi orang bijak mengatakan bahwa kita harus menjadi diri sendiri. Yups..!!! Benar sekali pernyataan itu karena setiap orang mempunyai karakter unik yang berbeda antara orang satu dengan orang yang lain. Biarpun demikian kita sebaiknya mempunyai "suri teladan yang baik," agar kita mempunyai motivasi untuk sukses seperti orang yang kita kagumi. Orang yang paling patut kita tiru adalah junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. Dalam diri Beliau telah ada semua bidang yang patut kita contoh. Kalau dalam hal ini kita dapat menyebut Beliau adalah teladan utama atau primer.

Teladan kali ini yang saya ambil adalah Sang orator negeri kita, Bung Karno. Teladan ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi bahwa Bung Karno melalui pidato-pidatonya mampu membakar semangat rakyat Indonesia dalam masa perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan. Huh..mungkin degresi ceritanya terlalu panjang. Pada Intinya tulisan ini akan membahas materi pelajaran Bahasa Indonesia awal semester genap yang membahas pidato. Melalui pidato, seseorang bermaksud menyampaikan informasi atau membicarakan suatu masalah yang disampaikan kepada seseorang di depan umum.

Seseorang haruslah mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum menyampaikan pidatonya. Selain itu seseorang juga sebaiknya mempersiapkan materi pidato yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pendengar. Maka dari itu penggunaan bahasa dalam menyampaikan pidato juga harus disesuaikan dengan pendengar agar tujuan dari pidato dapat tercapai. Oleh karena itu seseorang yang akan berpidato harus peka dengan latar belakang audience.

Kalian tahu apa saja metode-metode berpidato? Di dalam berpidato terdapat empat metode yaitu metode menghafal, metode teks atau naskah, metode ektemporer atau membawa catatan kecil, dan metode impromtu atau metode langsung.
Metode metode tersebut tentunya mempunyai kelemahan dan kelebihannya. Maka dari itu analisislah kekurangan dan kelebihan masing-masing metodenya.

Bagian-bagian Teks Pidato
Secara umum teks pidato dibagi atas tiga hal yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.

A. Pendahuluan
1. Salam pembuka
Salam pembuka yang sering kita gunakan atau dengar adalah, "Assalamualaikum wr.wb." Salam pembuka ini digunakan apabila pendengarnya mempunyai latar belakang agama Islam. Misalnya pendegar pidatu juga banyak yang beragama non muslim, misalnya Nasrani, maka dapat ditambah dengan mengucapkan salam pembuka, "Salam sejahtera untuk kita semua."

2. Sapaan
Sapaan yang dimaksud adalah sapaan hormat. Terkadang kita mendengar orang mengucapkan sapaan terlebih dahulu dibandingkan dengan salam pembuka. Hal itu boleh-boleh saja dilakukan.
Contoh: "Yth. Bapak Kepala Desa Sukarasa, Bapak Mugiyono, yang saya hormati. Bapak-Ibu hadirin yang saya hormati pula."

3. Puji syukur
Dalam mengucapkan puji syukur harus berhati-hati. Kita dapat menggunakan kalimat di berikut, "Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah s.w.t. yang telah memberikan kenikmatan kepada diri kita sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk bertemu di dalam ruangan ini." Sebaiknya hindari penggunaan kata penjatkan, misalnya, "Puji syukur kita panjatkan....," karena kata panjatkan dirasakan sesuatu pekerjaan menaiki pohon atau menuju ke atas.

4. Tujuan
Alangkah lebih baiknya jika orang yang berpidato menyampaikan tujuan orang tersebut berpidato, misalnya berpidato ingin menyampaikan sesuatu atau berpidatu mengajak sesuatu.

B. Isi
1. Pengantar/latar belakang
Penggunaan kalimat pengantar dimaksudkan agar pidato yang akan dimulai tidak langsung ke pokok pembahasan sehingga penggunaan kalimat pengatar dapat memperhalus pidato yang akan digunakan. Kalimat pengantar juga digunakan untuk mengondisikan pendengar dengan materi pidato yang akan disampaikan.
"Mendengar kata rokok mungkin kita akan berpikiran polusi udara, nicotine, penyakit, Djarum Super, atau hal-hal negatif yang lain. Seorang perokok sebenarnya sudah mengetahui terdapat peringatan dalam bungkus rokok yang manyatakan bahwa merokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, tetapi mengapa mereka masih saja merokok? Itu adalah pertanyaan yang cukup mengglitik di telinga para perokok. Tentunya kita sebagai orang ingin hidup sehat, maka dari itu mari kita sebisa mungkin untuk menghidari kegiatan yang tidak ada gunanya ini.
Hadiri yang saya hormati, pada kesempatan yang berbahagia dengan udara yang sejuk ini ada beberapa hal yang dapat kita lakukan agar kita dapat meninggalkan kebiasaan merokok."

2. Uraian materi
Berisi uraian materi yang disampaikan dengan bahasa yang baik dan terperinci.

C. Penutup
1. Simpulan pidato
2. Harapan
3. Permohonan maaf
4. Salam penutup.
"Dari uraian pidato yang saya sampaikan kita dapat mengambil simpulan bahwa kita harus senantiasa menjaga kesehatan tubuh kita salah satunya adalah dengan menghindari kebiasaan merokok karena hal itu selain merugikan diri sendiri juga merugikan orang lain. Saya berharap pidato yang saya sampaikan dapat bermanfaat untuk kita semua. Saya memohon maaf apabila dalam bertutur kata menyinggung perasaan hadirin sekalian. Terima kasih atas perhatiannya, Wassalamualaikaum Wr.Wb."

Uraian materi di atas hanyalah sebagai acuan dalam berlatih pidato yang baik. Seseorang tentunya mempunyai gaya tersendiri ketika berpidato atau ketika berbicara di depan umum. Bisa saja pidato dengan disisipi canda tawa, pidato yang serius, atau pidato yang penuh dengan semangat. Selamat mencoba.
Baca selengkapnya »

 
Powered by Blogger