Selasa, 21 Juni 2011

Sapardi Djoko Damono

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (lahir di Surakarta, 20 Maret 1940; umur 71 tahun) adalah seorang pujangga Indonesia terkemuka. Ia dikenal dari berbagai puisi-puisi yang menggunakan kata-kata sederhana, sehingga beberapa di antaranya sangat populer. Riwayat Hidup Masa mudanya dihabiskan di Surakarta (lulus SMP Negeri 2 Surakarta tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958). Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas...
Baca selengkapnya »

Senin, 20 Juni 2011

Aku Ingin SDD

Aku Ingin Kartu Pos Bergambar Jembatan Ketika Jari-Jarinya Terluka Hutan Pada Suatu Pagi Sehabis Hujan Metamorfosis Ketika Kau tak Ada Di Restoran Akulah Si Telaga Dalam Diriku Dalam Sakit Hujan Bulan Juni Hujan dalam Komposisi 1 Jalak dan Daun Jambu Jarak Ketika Kau Kuhentikan Hujan Noktu...
Baca selengkapnya »

Tak Selamanya

Indahnya mentari tak selamanya bersinar Indahnya rembulan tak selamanya menerangi malam Indahnya pelangi tak selamanya memberi warna dalam hidup Rintikan hujan pun tak selamanya menahan di satu tempat Indahnya cinta tak selamanya merasa bahagia Indahnya kasih sayang terkadang menyisakan luka Tapi indahnya persahapatan kan selamanya bermakna dan kekal abadi Karya: Dian Choerun N...
Baca selengkapnya »

Jumat, 10 Juni 2011

Penghuni Rumah Kuno

Hari ini hari pertama aku dan keluargaku menempati rumah baru, yang sebenarnya adalah rumah tua yang mirip seperti bangunan model rumah kuno, bahkan segala segala macam isinya pun merupakan peninggalan zaman kuno. Kami hanya bawa sedikit barang dari tempat tinggal yang dulu karena kata ayah, di rumah yang baru sudah tersedia perabot rumah lengkap. Rumah model kuno ini memiliki halaman yang luas di depan maupun di belakang yang di tumbuhi rumput-rumput lebat. Pohon-pohon berumuran puluhan tahun pun ikut menghiasi rumah kuno ini. Tumbuh menjulang dengan akar-akar besar yang muncul di permukaan tanah. Cat dinding rumah ini sudah mulai mengelupas....
Baca selengkapnya »

Minggu, 05 Juni 2011

Hikayat Bayan Budiman

Khoja Mubarak seorang saudagar kaya di negeri yang bernama Ajam. Beliau mempunyai seorang anak yang bernama Khoja Maimun. Apabila cukup umurnya, Khoja Maimun telah dikahwinkan dengan Bibi Zainab. Oleh kerana hampir kehabisan harta, Khoja Maimun bercadang untuk pergi belayar dan berniaga. Sebelum belayar, Khoja Maimun telah membeli dua ekor burung sebagai peneman isterinya sepeninggalan beliau pergi belayar. Seekor burung bayan dan seekor burung tiung. Apabila sampai masa hendak pergi belayar, Khoja Maimun berpesan kepada isterinya supaya sentiasa bermuafakat dengan burung-burung itu sebelum melakukan sesuatu perkara. Sepeninggalan Khoja Maimun, Bibi Zainab yang tinggal sendiri berasa kesunyian. Semasa duduk termenung di tingkap, seorang putera raja lalu dihadapan rumahnya. Kedua-duanya saling...
Baca selengkapnya »

Aku Pun Tak Mau Tahu

Ketika semua ucap dan perintah tak lagi diacuhkan Bualanku kosong anggapan angin lalu Indera pun tlah rapat tak bercelah Berpaling bagai binatang bertanduk yang pasrah Aku pun muak dan ingin berontak padanya Merobek, membungkam, dan meredam omelannya Lelah ku berjalan terkadang ku ingin berhenti Tetapi ku mencintainya hingga ku trus berjalan Sampai detik ini, sampai menit ini, sampai jam ini, sampai hari ini Tapi ku tak tahu esok Dengarlah tulisanku ini merintih Meminta kau tuk diam! Sejenak, sesaat saja Kebisingan ini yang membuatku lelah dan ingin pasrah Aku pun tak mau tahu Karna ku tlah memberi tahu Aku pun tak mau tahu Karna kau tak...
Baca selengkapnya »

Pages 71234 »
 
Powered by Blogger