Selasa, 17 Maret 2020

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat

Pengertian Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa lama, terutama pada Bahasa Melayu yang berisikan mengenai suatu kisah, cerita, dan juga dongeng. Umumnya mengisahkan mengenai kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian dan juga mukjizat dari tokoh utama. Sebuah hikayat itu dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau pun juga untuk membangkitkan semangat juang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta. 

Ciri-Ciri Hikayat
  1. Menggunakan bahasa Melayu Lama
  2. Istana Sentris. Pusat ceritanya itu berada didalam lingkungan istana. Hikayat tersebut seringkali bertema dan berlatar kerajaan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tokoh yang diceritakan ialah raja serta Pangeran (anak raja). Selain dari itu, latar tempat dalam cerita ini adalah negeri yang dipimpin oleh raja dalam suatu kerajaan.
  3. Pralogis (kemustahilan). Banyak cerita yang terdapat pada hikayat tidak bisa untuk di terima oleh akal. kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa ataupun juga dari segi cerita. Kemustahilan ini berarti hal yang tidak logis atau juga tidak bisa diterima nalar. Contoh Seperti  : bayi lahir disertai pedang dan panah, seorang putri keluar dari gendang.
  4. Statis (tetap). Perkembangan hikayat-hikayat tidak ada. Karena cerita hikayat memang telah dikarang dahulu kala, bukan saat ini.
  5. Kesaktian tokoh. Seringkali kita dapat menemukan kesaktian pada para tokoh dalam hikayat. Contohnya seperti: Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu untuk merusak sebuah kerajaan, Raksasa memberi sarung kesaktian untuk dapat mengubah wujud serta kuda hijau. 
  6. Anonim. Tidak diketahui siapa pengarang cerita tersebut.
  7. Arkais. Menggunakan kata arkhais, Bahasa yang digunakan pada masa lampau. Jarang dipakai/tidak lazim digunakan dalam komunikasi pada masa kini.Contoh : hatta, maka, titah, upeti, bejana, syahdan serta juga sebermula.
Unsur Intrinsik Hikayat
Sebuah karya sastra memiliki unsur pembangun yang meliputi unsur intrinsik (membangung karya sastra dari dalam karya sastra [isi cerita]) dan unsur ekstrinsik (membangun karya sastra dari luar karya sastra). Unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen, cerita rakyat, dan hikayat adalah sama karena ketiganya sama-sama termasuk dalam jenis karya sastra prosa.
Unsur Intrinsik. Unsur intrinsik prosa menurut Stanton (1965) dapat dibagi menjadi tiga yaitu fakta cerita, sarana cerita, dan tema cerita. Fakta cerita yaitu hal-hal yang diceritakan di dalam prosa fiksi yang meliputi alur, tokoh, dan latar. Sarana cerita merupakan hal-hal yang dimanfaatkan pengarang dalam memilih dan menata detail-detail cerita. Sarana cerita meliputi judu, sudut pandang, serta gaya (bahasa). Adapun tema cerita merupakan sesuatu yang menjadi dasar cerita. Tema selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, rindu, takut, maut, dan religius. Dalam hal tertentu tema dapat disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita.

Fakta Cerita. 
  • Alur yang biasa juga disebut plot adalah jalinan peristiwa secara beruntun dalam sebuah prosa fiksi (jalan cerita). Alur disusun dalam beberapa tahap yaitu: tahap perkenalan, penanjakan (munculnya konflik), klimaks, peleraian, dan penyelesaian. Peristiwa dapat disusun mengikuti garis lurus. Peristiwa A merupakan tahap perkenalan, peristiwa B merupakan konflik, peristiwa C merupakan klimaks, pedistiwa D merupakan peleraian, dan berakhir pada peristiwa E penyelesaian. Maka, alur yang demikian disebut alur lurus atau alur maju. Ada pula alur yang disusun sebaliknya. Peristiwa disusun tidak dari pemaparan atau pengenalan, tetapi dari penyelesaian atau penutup dinamakan dengan alur sorot balik atau flash back. Selain kedua cara tersebut, ada cara lain yang digunakan pengarang untuk menyusun sebuah alur cerita yaitu dengan cara menggabungkan kedua alur itu. Pembaca diajak masuk ke dalam peristiwa pokok kemudian pembaca diajak mengenang peristiwa masa lalu. Setelah kenangan masa lalu habis pembaca dibawa kembali ke inti cerita, dan berangsur-angsur diajak mengikuti peristiwa untuk menuju peritiwa akhir. Cara penggabungan alur lurus dan sorot balik sering dinamakan dengan alur campuran. 
  • Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita. Ditinjau dari keterlibatannya di dalam cerita, tohok ada dua yaitu tokoh sentral (utama), dan tokoh periferal (tambahan/bawahan). Ciri-ciri tokoh sentral yaitu: (1) paling terlibat dengan makna atau tema, (2) paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, dan (3) paling bahyak memerlukan waktu penceritaan. Adapun tokoh berdasarkan wataknya dapat dibagi tiga yaitu: (1) tokoh protagonis (baik), (2) tokoh antagonis (penentang/jahat), dan (3) tokoh tritagonis (di antara kedua watak tersebut).
  • Penokohan adalah cara pengarang menyajikan watak tokoh-tokohnya. Adapaun cara-caranya adalah sebagai berikut. 1) apa yang diperbuatnya/tindakan-tindakannya, 2) ucapan-ucapannya, 3) penggambaran fisik tokoh, 4) pikiran-pikirannnya, 5) gambaran latar atai lingkungan tempat tinggal tokoh, 6) pandangan tokoh lain terhadap tokoh yang bersangkutan, 7) penerangan langsung
  • Latar cerita merupakan lukisan peritiwa yang dialami oleh satu atau beberapa orang pada suatu waktu di suatu tempat dan dalam suasana tertentu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa dalam carita disebut latar atau setting. Secara terperinci, latar meliputi penggambaran (1) lokasi geografis, pemandangan, sampai pada perincian sebuah ruangan, (2) waktu terjadinya peristiwa, sejarahnya, dan (3) lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh.
Sarana Cerita
  • Judul cerita rekaan mempunyai dua fungsi, yakni (1) sebagai penanda nama cerita tersebut, dan (2) dapat merupakan isyarat mengenai masalah yang akan diungkapkan pengarang. Karena sifatnya yang demikian, seorang pembaca begitu membaca judul dalam benaknya akan timbul dugaan-dugaan mengenai isi cerita tersebut.
  • Sudut pandang atau point of view merupakan cara memandang yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita. Sudut pandang dibagi menjadi dua, yakni sudut pandang orang pertama (pencerita akuan) dan sudut pandang orang ke tiga (pencerita diaan). Sudut pandang orang pertama pencerita sebagai salah satu tokoh dalam cerita dalam berkisah mengacu pada dirinya sendiri dengan sebutan aku atau saya. Jika pencerita sebagai tokoh utama maka disebut sudut pandang Akuan-Sertaan, sedangkan apabila pencerita tidak sebagai tokoh utama maka disebut dengan sudut pandang Akuan-Taksertaan. Dalam sudut pandang orang ketiga, pencerita berada di luar cerita. Dalam kisahnya pencerita mengacu kepada tokoh-tokoh cerita dengan menggunakan kata ganti orang ketiga (ia, dia), atau menyebut nama tokoh. Sudut pandang orang ketiga mempunyai dua kemungkinan, yaitu sudut pandang orang ketiga serba tahu, dan sudut pandang orang ketiga terbatas.
  • Gaya merupakan cara pengungkapan seorang pengarang yang khas. Gaya merupakan kemahiran seorang pengarang dalam memilih kata-kata, kelompok kata, kalimat, dan ungkapan yang menentukan keberhasilan, dan keindahan suatu karya sastra menjadi hasil ekspresi dirinya. Nada yang sering disamakan dengan istilah suasana adalah suatu hal yang dapat terbaca dan terasakan melalui penyajian fakta cerita dan dan sarana cerita yang terpadu dan koheren. Suasana cerita misalnya semangat, religius, romantis, melankolis, menegangkan, mencekam, tragis, mengharukan, dan sebagainya.
Tema
Tema merupakan gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari sebuah cerita. Tema pada hakikatnya merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dengan karyanya. Melalui pemahaman terhadap tema, maka seorang pembaca akan dapat memperoleh nilai-nilai yang terkandung atau amanat dari sebuah cerita. Amanat bersifat positif.

Unsur Ekstrinsik
Menurut Wellek dan Warren (1989) menggolongkan unsur intrinsik ke dalam (1) biografi pengarang (menyangkut historisnya, keyakinan, ideologi, agama, dsb), (2) psikologi pengarang, dan (3) masyarakat (sosial, ekonomi, budaya, politik, agama, dsb).

Tugas Individu
  1. Silakan mencari dan membaca hikayat pada nomor 4.
  2. Analisislah secara mendalam disertai bukti atau alasan unsur intrinsik hikayat yang Anda baca.
  3. Setiap siswa mengerjakan sesuai dengan nomor absensi kelas masing-masing.
  4. Hikayat Bayan Budiman (nomor absensi 1, 6, 11, 16, 21, 26, 31, 36), Hikayat Si Miskin (nomor absensi 2, 7, 12, 17, 22, 27, 32), Hikayat Hang Tuah (nomor absensi 3, 8, 13, 18, 23, 28, 33), Hikayat Lebai Malang (nomor absensi 4, 9, 14, 19, 24, 29, 34), Hikayat Malim Deman (nomor absensi 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35).
  5. Kerjakan di kertas folio, dikumpulkan saat pembelajaran mulai efektif.
Baca selengkapnya »

Senin, 16 Maret 2020

Menilai Karya Melalui Resensi

Pengertian
Resensi merupakan tulisan yang berisi penilaian pertimbangan baik buruk suatu karya. Tidak semata-mata resensi sebatas mengulas buku tetapi ruang lingkup resensi sebenarnya sangat luas. Karya yang dapat diresensi bisa buku, puisi, prosa, drama, film, dan lain-lain. Dalam meresensi sebuah karya haruslah objektif, sesuai dengan kualitas isi karya. Tugas penulis resensi adalah memberikan gambaran kepada pembaca mengenai suatu karya apakah layak dibaca atau tidak. Hal-hal yang dapat ditanggapi dalam resensi ialah kualitas isi, penampilan, unsur-unsur, Bahasa, dan manfaat bagi pembaca.

Sistematika Resensi
Unsur-unsur/sistematika yang terdapat dalam resensi di antaranya sebagai berikut.
  1. Judul Resensi. Judul sebuah resensi berbeda dengan judul buku atau karya yang diresensi. Judul dibuat semenarik mungkin dan mencerminkan isi karya yang diresensi.
  2. Identitas Buku. Penyusunan data buku yang diresensi dapat dilakukan dengan memuat judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit, serta dimensi buku. Untuk karya lain semisal cerita atau film dapat disesuaikan dengan identitas yang ada pada karya tersebut. Agar identitas karya dapat diketahui secara jelas, maka penulisan identitas dipisahkan dengan ulasan resensi (paragraf).
  3. Pendahuluan. Bagian pendahuluan berisi paragraf pengantar yang dibuat semenarik dan seringan mungkin sehingga pembaca tertarik untuk membaca resensi secara keseluruhan. Misalnya buku yang berjudul Teknik Menggunakan HP secara Cerdas, bisa diawali dengan fenomena sekarang bahwa setiap orang memiliki dan membutuhkan HP. Perkembangan teknologi HP yang semakin canggih, dll.
  4. Inti/isi Resensi. Inti resensi merupakan bagian paling penting dalam sebuah resensi. Di dalamnya terdapat sinopsis karya, keunggulan, dan kelemahan. Pada bagian sinopsis seorang resensi dilarang untuk mengulas secara penuh alur cerita hal itu disebabkan karena selain untuk menilai, resensi hakikatnya juga digunakan untuk promosi kepada masyarakat. Jika sinopsis disampaikan secara keseluruhan, maka pembaca tidak akan lagi penasaran dengan alur ceritanya. Penilaian keunggulan ataupun kelemahan sebuah resensi dibuat penulis resensi secara objektif. Keunggulan ataupun kelemahan dapat dilihat dari sisi unsur intrinsiknya, pengemasan (dimensi/fisik) buku, ataupun unsur lain misalnya kebutuhan masyarakat terhadap karya tersebut.
  5. Penutup. Pada bagian penutup biasanya berisi alasan kenapa buku tersebut ditulis dan kepada siapa buku tersebut ditujukan. Selain itu dapat berisi simpulan pada bagian inti/isi resensi bahwa karya itu dikategorikan baik atau tidak, layak atau tidak layak, dan menarik atau tidak menarik (membosankan). Dengan demikian penulis resensi juga dapat memberikan rekomendasi kepada masyarakat untuk membaca atau menikmati karya yang diulas.
Contoh Resensi Buku.
Judul Resensi: Berlayar dengan Perahu Kertas
Identitas Buku:
Judul Buku: Perahu Kertas
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan: I, Agustus 2009
Tahun Terbit: 2010
Jumlah Halaman: XII + 444 halaman
Harga: Rp. 69.000,-
ISBN: 978-979-1227-78-0
Pengenalan Buku
Buku ini menceritakan tentang 2 orang remaja yang sama-sama mengejar mimpinya, tetapi juga dengan semua halangannya.
Kisah dibuka di Amsterdam, di mana Keenan terpaksa harus pulang ke Indonesia karena harus kuliah di sana. Keenan tidak ingin pulang, dia ingin terus berada di Belanda dan belajar melukis dengan seniman-seniman jalanan di sana. Melukis adalah hidup Keenan dan bagi Keenan, melukis bisa jadi masa depannya.
Dia sangat berharap bahwa selepas SMA di Belanda, dia bisa tetap tinggal menemani Oma dan belajar melukis. Sayang, keputusan Ayahnya sudah bulat. Keenan harus pulang dan kuliah di Fakultas Ekonomi untuk meneruskan bisnis keluarga.
Meskipun berat, Keenan menerima keputusan itu. Dia pulang, ikut seleksi masuk universitas negeri, dan kuliah di Bandung. Keenan menghadapi nasib itu dengan merana di kamarnya. Menanti masa masuk kuliah sambil menatap peralatan lukisnya yang entah bagaimana nasib ke depannya.
Di sisi lain, Kugy dengan sifat bebas juga menyimpan mimpi sebagai penulis dongeng anak. Dua mimpi yang masih utopis bagi orang-orang yang hidup di Indonesia. Lazim diketahui, kan, bahwa di Indonesia profesi yang menjamin itu adalah PNS dan lain-lain? Profesi absurd seperti penulis dan pelukis itu belum memiliki tempat.
Inilah yang harus dihadapi Kugy dan Keenan. Mereka bertemu sebagai 2 orang yang berjuang untuk mimpi, sekaligus juga untuk cinta yang telah bersemi di hati keduanya.
Tapi, seperti biasa. Penulis enggak akan membiarkan Kugy dan Keenan bersatu begitu saja. Masih ada banyak masalah yang harus mereka selesaikan. Dimulai dari rasa putus asa Keenan begitu tahu jika Kugy sudah memiliki pacar dan rasa patah hati Kugy melihat Keenan dijodohkan dengan Wanda oleh Noni dan Eko.
Sinopsis
Keenan yang mengetahui bahwa Kugy telah memiliki pacar tentu saja merasa patah hati, tetapi itu enggak membuat persahabatan di antara mereka berdua hancur. Noni dan Eko, sepasang manusia yang masih satu geng dengan Kugy dan Keenan, justru berinisiatif untuk menjodohkan Keenan dengan Wanda.
Mereka menilai Wanda cocok untuk Keenan sebab Wanda adalah seorang kurator muda. Keenan tidak memiliki perasaan apa pun dengan Wanda, hanya saja dia merasa cocok dengan gadis itu karena kesukaannya pada seni.
Wanda yang berhasil memasukkan Keenan ke pameran. Wanda pula yang membeli lukisan Keenan dan memberi pemuda itu kepercayaan diri untuk hidup dari melukis. Keenan memutuskan untuk drop out.
Sebenarnya perjuangan mimpi Keenan inilah yang menjadi plot utama dan mempengaruhi jalan cerita perahu kertas secara keseluruhan. Keenan yang berjuang menjadi pelukis sukses mempengaruhi hubungannya dengan Kugy, mempengaruhi hubungan Kugy dengan Noni, bahkan memberi pengaruh pada hubungan Kugy dengan Josh.
Hanya saja, Keenan tidak menyadari efek yang telah dia buat dalam hidup Kugy. Dia justru tenggelam dalam rasa frustasi karena ternyata anggapan bahwa mimpinya telah dekat hanya hasil manipulasi Wanda yang ingin mendapatkan Keenan semata.
Hingga akhirnya hubungan yang telah retak itu mengantarkan Keenan ke Bali dan Kugy lulus kuliah lebih cepat.
Di Bali, Keenan bertemu Luhde dan merasa bahwa Luhde adalah orang yang ia cari. Sementara Kugy bertemu Remi, pangeran di dunia nyata yang menyita perhatiannya.
Keunggulan Buku
Konflik yang dimiliki novel ini sangat kompleks, tapi di sisi lain sangat dekat dengan kehidupan masyarakat kita sehingga tidak asing. Penyelesaian yang dilakukan Dee untuk setiap konfliknya juga sangat baik, tidak terkesan terburu-buru ataupun mengulur-ulur. Semuanya pas dan mengikuti alur yang ada.
Dinamika sosial dan korelasinya dengan kehidupan nyata membuat novel ini cepat nyambung dengan banyak kalangan. Meskipun temanya tampak biasa-biasa saja, tetapi konflik pendukung dan premis yang dibuat Dee terlalu unik untuk diabaikan.
Di sisi lain, karakter Kugy dan Keenan sangat memorable, membuat banyak orang sulit move on dari cerita ini. Kenapa bisa sememoreble itu? karena memang karakter yang dimiliki keduanya sangat kuat.
Dee juga menceritakan semua hal yang terjadi dalam perahu kertas dengan bahasa yang luwes, mengalir, dan ringan. Jadi, meskipun temanya cukup kompleks, tidak membuat orang lain merasa keberatan untuk membaca novel ini sampai selesai.
Kekurangan Buku
Jika ingin mencari kekurangan pada novel ini, maka sangat mungkin bahwa kekurangannya adalah terlalu banyak setting tempat yang dipakai. Setting yang terlalu banyak ini berpotensi membuat pembaca kebingungan membayangkan alur ceritanya.
Penutup
Karakter dan alur yang dituliskan Dee pada Perahu Kertas benar-benar membuat kagum. Ringan, tetapi padat konflik. Membuat para pembaca terhanyut ke dalam cerita dan berakhir dengan terbawa perasaan.
Di sisi lain, karakter yang kuat membuat Perahu Kertas sebagai bahan bacaan remaja terbaik di masanya. Perahu Kertas mampu menjangkau semua kalangan dan sangat direkomendasikan sebagai bacaan ringan untuk kalian semua si Pecinta Baca.

Tugas Individu
  1. Silakan menyusun resensi cerpen di bawah ini.
  2. Susunan (model) resensi seperti pada contoh di atas.
  3. Nomor cerpen yang diresensi sesuai dengan nomor daftar hadir (absensi) di kelas masing-masing.
  4. Resensi ditulis dalam kertas folio.
  5. Dikumpulkan saat mulai pembelajaran aktif kembali.
Cerpen yang Dianalisis
  1. The Secret of Love
  2. Playboy Jatuh Cinta
  3. Indahnya Cinta dan Persahabatan
  4. Noki
  5. Penderitaan Seorang Anak
  6. Liku Pacaran Saat SMA
  7. Asal Usul Pesugihan
  8. Lika Liku Ujian Nasional
  9. Cinta Pertamaku di Putih Biru
  10. Ombak yang Gemuruh
  11. Arti Kebersamaan
  12. Nonton Yuk!
  13. Jendral, Mencuri Itu Enak Ya?
  14. Cinta Surga
  15. Cinta yang Pernah Pergi
  16. Penantian Terbaikku
  17. Sepanjang Jalan Kenangan
  18. Kisah Cinta Monyet
  19. Aku Ingin Seperti Kalian
  20. Tentang Aku Kamu dan Masalah Kita
  21. Perjalanan Cinta di Bawah Rintik Hujan
  22. Liburan di Candi Gedong Songo
  23. Cinta Tak Terbalaskan
  24. Kisah Cintaku Yang Malang
  25. Dara dan Mita
  26. Cinta di Kelas yang Baru
  27. Berawal Dari Keterpaksaan
  28. Apalah Arti Penyesalan
  29. Ksatria Mentari
  30. Mukena Terakhir
  31. Kisah Klasik Sebuah Persahabatan
  32. Cinderella dari Desa
  33. Aku Pasti Bisa Merubahnya
  34. Antara Tugas Ekonomi, Aku, dan Dia
  35. Kisah Cinta di Bumi Perkemahan
  36. Antara Cinta dan Benci
  37. Mulia karena Air Mata
Baca selengkapnya »

 
Powered by Blogger