Rabu, 18 Mei 2011

Berjuang Demi Hidup

Aku bertemu dia di terminal Bawen ketika aku akan mudik ke Solo. Aku bertemu dengannya ketika aku dan kedua orang tuaku menuggu bus untuk menuju ke Solo. Dia mengghampiri tempat kami menuggu bus di peron. Dia berjalan sambil membawa sebuah alat musik yang berbentuk menyerupai gitar tapi berukuran kecil, orang menyebutnya Kentrung.
Setelah dia sampai di tempat kami menuggu bus di peron, dia langsung memainkan gitar kecilnya dan memainkan sebuah lagu. Dia adalah seorang pengamen cilik. Dia bernyanyi di depan setiap banyak orang dan di warung atau toko di sekitar teminal. Dia bernyanyi dengan suara merdunya dan keahlian memainkan gitarnya. Semua itu dilakukannya hanya demi uang.
Sesudah ia selesai menyanyikan lagu aku menyuruh dia untuk duduk di sampingku, sambil memberi uang, aku mengajak dia mengobrol.
“Hai aku Andy, siapa namamu?” sapaku padanya.
“Namaku, Doni,” jawab pengamen cilik itu.
“Di mana rumahmu, dan kenapa kamu bekerja menjadi seorang pengamen ?” aku bertanya lagi.
Dia terdiam sejenak lalu menjawab, “Rumahku di dekat terminal ini dan aku bekerja menjadi pengamen untuk mencari uang dan membantu orang tua.”
“Apakah ayahmu tidak bekerja?”
“Sebenarnya ayahku sudah meninggal sejak kecil,” jawabnya.
“Ups, maaf. Aku turut berduka cita atas kepergian ayahmu,” jawabku lagi.
Kemudian aku bertanya lagi, “Apakah kamu tidak sekolah?”
Dia menjawab, “Ya, aku tidak bersekolah sejak kecil, karena tidak ada dana untuk biaya membeli buku, alat sekolah, dan untuk membeli seragam.”
Kami berbincang- bincang cukup lama. Tidak lama kemudian bus yang akan kami naiki telah datang. Lalu aku dan kedua orang tuaku berjalan menaiki bus dan ia kembali melanjukan pekerjaannya. Aku berharap suatu hari nanti aku bisa bertemu dengan Doni. Mungkin saat aku pulang mudik aku akan bertemu dengannya.
Aku yakin pasti ibunnya senang dan bangga memiliki anak seperti Doni. Anak yang mau bekerja membantu orang tuanya. Walaupun ia tidak bersekolah karena tidak ada biaya untuk sekolah, tetapi ia tetap bersemangat dan tak pernah putus asa. Pekerjaanya mengamen di terminal banyak resiko, walaupun begitu ia mengambill resiko keselamatan dirinya.
Contoh beberapa resiko dari pekerjaannya adalah dia bisa diganggu oleh preman di terminal itu. Selain diganggu preman, resiko lain dari pekerjaannya adalah tertangkap polisi. Saat kami berbincang tadi, aku sempat bertanya padanya, apa kamu tidak pernah diganggu, atau tertangkap oleh razia polisi. Dia menjawab bahwa ia pernah diganggu preman, tetapi ia masih saja semangat untuk tetap bekerja demi membantu orang tuanya .
Dia berkerja untuk membantu orang tunya mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Selain itu ia juga berkerja untuk membantu membiayai sekolah adik-adiknya. Ia adalah peran menggantikan ayahnya yang telah meniggal dunia. Dia bekerja mencari uang untuk kelangsungan hidup keluarganya. Ia bekerja mencari nafkah layak seorang ayah .
Akupun bangga dan salut padanya, ia mau mengamen ditengah panasnya sinar matahari. Ia adalah seorang yang bersifat pejuang keras dan baik hati. Dia rela tidak bersekolah demi adik-adiknya yang lebih membutuhkan pendidikan dari pada dirinya, itu adalah pendapatnya. Selain ia rela tidak bersekolah ia juga tidak punya waktu bermain dangan teman-temannya. Suatu hari nanti aku akan meniru prinsipnya yaitu terus berjuang dan tak pernah putus asa, berjuang hidup demi keluarganya.


Oleh: Rani Hidayat

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger