Selasa, 19 Juli 2011

Perasaan Seorang Sahabat

Beberapa hari terakhir ini aku selalu teringat oleh sahabat kecilku Andre. Entah mengapa, tetapi kadang aku juga jengkel dengannya jika aku ingat masa lalu. Hari ini aku tidak pergi ke sekolah. Tubuhku terasa lemas karena kehujanan kemarin sore sepulang sekolah. Aku merasa istirahat di rumah untuk hari ni merupakan hal yang sangat tepat karena setelah aku ingat-ingat hari ini ada hafalan kosakata bahasa Jepang sedangkan aku sama sekali belum menghafalnya.
Pukul 09.30 WIB HP-ku berdering. Ada sms masuk ternyata dari Luna, sahabat baikku, “Hr ni da kjutan, synx bangt km gx msk.” Sungguh aku penasaran banget. Sebenarnya kejutan apa sih yang dimaksud oleh Luna? Tanpa berpikir panjang aku langsung menjawab sms Luna, “Kejutan pa sih?” Namun Luna tak kunjung juga menjawab sms dariku. Aku sampai jengkel menunggu jawaban lama dari Luna. “Mungkin saja Luna lagi sibuk pelajaran?“ pikirku yang terlintas saat itu. Istirahat di rumah tidak membuat tubuhku membaik tetapi malah semakin lemas.
Aku melamun sebentar memikirkan sahabatku yang sangat aku sayangi, namanya Andre . Andre adalah sahabatku dan Luna. Entah mengapa, kali ini aku selalu memikirkan Andre dan mengharapanya di sampingku. Aku sangat merindukanya, “Apa yang terjadi denganku?” aku bertanya pada diriku. Aku merasa ada yang salah dengan hatiku, “Mengapa rinduku terhadap Andre tidak seperti rindu terhadap seorang sahabat? Nggak mungkin aku punya perasaan lebih kepada Andre. Jika iya, lalu bagaimana dengan sahabatku Luna? Sebenarnya apa sih yang aku pikirkan? Aku nggak mungkin menghianati persahabatan ini. Aku hanyalah siswa SMA kelas X yang periang meskipun kata orang terkadang aku jutek dan galak. Aku bisa menghargai seseorang apalagi sahabatku sendiri,” kalimat pertanyaan itu selalu memenuhi pikiranku saat itu.
Keesokan harinya, aku berangkat sekolah seperti biasa. Tiba-tiba teman satu kelasku, Dani, yang dijuluki kelinci rab berkomentar. “Heh, heh! Tin-tin, napa loe kemaren nggak berangkat? Pake alesan sakit segala. Bilang aja loe pasti nggak pengen belajarkan?”
Aku menoleh dan menjawab, “Oh, iya! Masa sih?” aku yang waktu itu memegang penggaris langsung memukul punggung Dani. “Jangan sekali-kali lagi lo panggil gue ‘Tin-tin’, emang loe pikir tlakson mobil?!! panggil gue Na, lo nggak Tina!”
Sementara Dani yang jail tapi malang itu mengeluh karena kesakitan. Aku cuek lalu pergi menghampiri Lina-Luna yang malah menertawakan saya dan berkata, “Jahat ah, kasian Dani-nya, kan sakit”.
“Biarin aja lagian Dani bawel sih,” jawabku sambil mengomel .
“Sebenarnya kemaren ada kejutan apa sih?” tanyaku kepada Luna.
Luna berusaha menghentikan tawanya lalu Luna menoleh dan berkata, “Nggak kejutan dong kalo kamu tau sekarang, he, he, he.”
“lh kamu nggak asyik Lun,” jawabku sambil cemberut.
Hingga sepulang sekolah, aku masih tidak tahu kejutan apa yang sebenarnya dimaksud oleh Luna. Luna tetap diam, aku disuruh mengikuti Luna karena katanya dia akan mengantarkanku bertemu seseorang, katanya saat di depan kelas.
Aku bertanya ke Luna, “Maksud kamu kejutanya bukan berupa barang, tetapi seseorang?“
“Iya,” Luna mengangguk.
“Andre, sahabat kita udah pulang Na, aku senang banget karena pujaan hatiku ahirnya datang lagi ke Indonesia,” kata Luna. Aku terdiam mendengar Luna berkata seperti itu. “Ups sory maksudku sahabat tersayang kita,” luna berusaha mengelak. Aku tetap diam dan memutuskan tidak menemui Andre. Tetapi tanpa sepengetahuanku Luna jalan berdua dengan Andre. Aku tetap sabar meskipun hati ini sakit. Aku menyesal karena tidak menemui Andre. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat bagiku untuk bertemu langsung dan bertatap muka denganya. Setelah dia meninggalkanku.
Aku harus menata ulang hatiku untuk bertemu dengan Andre. Pikiran pun kembali ke masa silam. Teringat saat pertama kali bertemu Andre, tepatnya saat aku pindah ke SD baru. Kebetulan hari itu aku bertemu dengan Andre yang juga anak baru, kelas dua. Andre yang sifatnya pendiem, ganteng, dan ramah membuat aku ingin berteman denganya. Kami pun berteman hingga akhirnya kami bertemu Luna dan menjadi trio cabai rawit. Ke mana-mana kami selalu bersama hingga muncul perasaan suka terhadap Andre. Waktu itu aku masih belum tahu arti cinta sesungguhnya, so aku biasa-biasa saja.
Waktu terus berjalan, kami pun sudah semakin besar. Perasaanku itu belum hilang. Aku tidak dapat memendamnya sendiri. Saat aku ingin cuhat dengan Luna, dia sudah berkata terlebih dahulu jika dia mempunyai perasaan lebih terhadap Andre. Aku pun terkejut dan tidak jadi melakukan curhat kepada luna tentang perasaanku kepada Andre. Aku gak mau menyakiti sahabatku dengan curhat tentang Andre kepadanya. Tetapi melihat perhatian Luna yang over protektif ke andre, membuatku jeles dan sebal terhadap Luna. Aku pun mencoba menghindar dari mereka, tetapi keputusan itu salah karena hal itu membuatku semakin sakit hati.
Tanpa sepengetahuan Luna, Andre datang ke rumahku dan bertanya, “Ada apa sih Na, kok sikap mu aneh?“
Karena sudah tidak tahan memendam perasaan ini, aku mengatakan isi hatiku terhadap Andre, “Sebenarnya selama ini aku punya perasaan lebih ke kamu”.
Andre pun terdiam sejenak, “Jujur aku juga punya perasaan yang sama denganmu sejak kita selalu bersama dulu.“
Aku pun terkejut. Tetapi tanpa kuduga satu minggu setelah itu Andre pergi ke Australia. Aku pun kecewa terhadapnya.
Sms dari Luna membangunkan lamunanku yang panjang itu, “Aku ma Andre lagi OTW ke rmh u, kamu siap-siap ya, dandan yang cantik ya!”
“Apa?! Memangnya kita mau ke mana?” jawabku. Jantungku berdegup kencang. Aku bingung ,”Apa yang harus aku lakukan? ”tanyaku dalam hati . Dari depan pintu aku menatapnya yang turun dari dalam mobilnya dengan pakaian simple. Perpaduan jeans hitam, kaos putih dan jaket abu-abu itu membuat jantungku semakin berdegup kencang saat menatapnya. Mataku tidak bisa berbohong kalau sebenarnya aku masih ada rasa dengannya. Sambil menunduk aku berkata, “Kamu masih seperti dulu?”
Andre tersenyum dan menjawab, ”Aku nggak berubah dan nggak akan pernah berubah.”
“Kamu juga nggak berubah kan?” aku diam dan menunduk.
Andre berkata, “Mengapa saat kita bertemu lagi, kita serasa orang asing yang tak kenal?”
Aku pun menjawabnya, “Aku takut kalo kamu udah lupa sama aku. Selain itu, aku malu bertemu denganmu setelah kejadian terakhir dua tahun lalu.”
“Kenapa kamu harus malu? Aku pun masih menyimpan perasaan denganmu Tina,” jawab Andre.
Luna mendengar semua perkataanku dengan Andre. Luna kecewa ke aku karena aku tidak jujur. Aku pun menjelaskan ke Luna. Aku tidak jujur karena aku menjaga perasaan Luna.
“Lalu, mengapa kamu memberikan harapan ke aku?” tanya Luna terhadap Andre.
“Aku nggak mau buat kamu kecewa,” jawab Andre.
Luna pun mengerti. Luna memintaku bersatu dengan andre. Tetapi, setelah ku pikir-pikir persahabatan lebih berarti dari pada cinta, karena cinta akan datang dengan sendirinya jika sudah tiba waktunya.


Oleh: Desi Puspitasari

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger